Harga Nikel Turun, BHP dan Wyloo Tutup Tambang di Australia Barat

Para analis memproyeksikan masa sulit bagi sektor nikel ke depan, seiring penutupan operasi tambang nikel di Australia Barat. Wyloo Metals, milik miliarder Andrew Forrest, mengonfirmasi penutupan sementara tambang nikel Kambalda pada tanggal 31 Mei. Lebih dari 250 lapangan pekerja terkena dampak akibat penurunan harga bahan baja tahan karat dan baterai sebesar 45% dalam 12 bulan terakhir.

CEO Wyloo, Luca Giacovazzi, menjelaskan bahwa keputusan ini bersifat sementara, dan perusahaan sedang mengeksplorasi opsi untuk masa depan bisnis, termasuk pengembangan konsentrator sendiri di wilayah Kambalda. Penutupan ini terjadi setelah pengehentian tambang nikel Savannah di Kimberley dan keputusan First Quantum Minerals untuk menghentikan penambangan di tambang nikel Ravensthorpe.

BHP Billiton, raksasa pertambangan, juga mengumumkan akan menghentikan operasi smelter dan pabrik pengolahan nikel di kawasan tersebut sebagai respons terhadap penutupan tambang milik Wyloo. Sekitar setengah dari 40 tenaga kerja di konsentrator nikel Kambalda BHP akan kehilangan pekerjaan pada pertengahan tahun.

Analis Canacord Genuity, Timothy Hoff, mengatakan bahwa pasar nikel kemungkinan akan mengalami kelebihan pasokan dalam beberapa tahun mendatang karena investasi Tiongkok di industri nikel Indonesia. Investasi besar Tiongkok di Indonesia meningkatkan kapasitas dan memindahkan material kelas dua menjadi kelas satu, menyebabkan kelebihan pasokan. Hoff menyoroti perlunya perubahan struktural dalam penetapan harga nikel dengan mempertimbangkan kredensial ESG-nya. Situasi sulit ini menuntut pemain industri untuk adaptasi dan inovasi dalam menghadapi tantangan pasar yang sulit.