Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan tajam sebesar 5,17% dalam perdagangan pekan terakhir, menunjukkan tren negatif di saat mayoritas bursa saham global justru bergerak naik. Kondisi ini menandakan adanya tekanan kuat dari faktor eksternal dan internal yang memengaruhi pasar modal Indonesia.
Bursa Global Menguat, IHSG Justru Terpuruk
Saat IHSG berada di zona merah, pasar saham utama di dunia justru menunjukkan performa positif. Di Asia, Hang Seng Index (HSI) dari Hong Kong melonjak 4,41%, sementara Shanghai Composite Index (SSEC) naik 1,57%. Bahkan, Straits Times Index (STI) Singapura yang biasanya bergerak stabil berhasil mencatat kenaikan meskipun tipis sebesar 0,16%.
Dari Amerika Serikat, ketiga indeks saham utama mengalami penguatan. S&P 500 naik 0,71%, Nasdaq menguat 0,84%, dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatat kenaikan 0,46%. Performa positif ini menunjukkan bahwa investor global lebih optimistis terhadap prospek ekonomi global, sementara pasar Indonesia masih terjebak dalam ketidakpastian.
Tekanan Global
Daniel Agustinus, Direktur PT Kanaka Hita Solvera, mengungkapkan bahwa faktor eksternal memainkan peran besar dalam melemahnya IHSG. Salah satu penyebab utama adalah kebijakan suku bunga tinggi dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Kebijakan higher for longer atau mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama membuat aliran modal asing menjauh dari pasar negara berkembang seperti Indonesia.
“Ketidakpastian global akibat kebijakan The Fed membuat investor lebih memilih pasar yang dianggap lebih aman, seperti obligasi AS,” ujar Daniel.
Selain itu, ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang belum mereda turut menambah kekhawatiran di pasar. Meskipun beberapa bursa Asia mampu mencatat kenaikan, Indonesia tampaknya lebih rentan terhadap dampak negatif dari ketegangan ini, terutama karena ketergantungan pada ekspor komoditas.
Perlambatan Ekonomi Domestik Jadi Sinyal Bahaya
Faktor internal juga tak kalah memengaruhi pergerakan IHSG. Perlambatan ekonomi domestik mulai terlihat dari kinerja emiten-emiten besar, terutama di sektor perbankan. Bank-bank besar yang biasanya menjadi motor penggerak pasar menunjukkan penurunan pertumbuhan, yang mencerminkan melemahnya aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
“Perlambatan ini memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin tidak sekuat yang diharapkan, dan ini membuat outlook pasar saham di 2025 menjadi lebih hati-hati,” tambah Daniel.
Selain itu, ketidakpastian politik menjelang pemilihan umum juga menjadi faktor yang membuat investor bersikap lebih konservatif. Stabilitas politik yang goyah bisa berdampak langsung pada kepercayaan pasar dan investasi asing.
Strategi Investor
Dengan situasi yang penuh ketidakpastian ini, apa yang harus dilakukan investor?
Daniel menyarankan investor untuk bersikap wait and see, terutama bagi mereka yang memiliki profil risiko rendah. Mengingat tren pasar yang masih cenderung bearish, keputusan untuk masuk ke pasar saham dalam jangka panjang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.
Namun, bagi investor yang memiliki toleransi risiko lebih tinggi, trading jangka pendek bisa menjadi strategi untuk memanfaatkan volatilitas pasar. Meski demikian, Daniel memperingatkan bahwa potensi kenaikan IHSG dalam waktu dekat kemungkinan besar hanya bersifat technical rebound, bukan tren pemulihan yang berkelanjutan.
“Kenaikan IHSG mungkin hanya bersifat sementara kecuali ada kebijakan besar yang mampu mengubah sentimen pasar, seperti stimulus ekonomi dari China atau perubahan signifikan dalam kebijakan The Fed,” jelasnya.
Faktor-Faktor yang Bisa Membalikkan Keadaan
Meskipun saat ini IHSG berada dalam tekanan, masih ada beberapa faktor yang berpotensi membalikkan keadaan. Misalnya, jika ada stimulus fiskal besar-besaran dari pemerintah Indonesia atau perbaikan signifikan dalam data ekonomi domestik, pasar bisa kembali bergairah.
Selain itu, jika hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China membaik atau The Fed memberikan sinyal penurunan suku bunga lebih cepat dari yang diantisipasi, maka investor bisa mulai kembali melirik pasar saham Indonesia.
Sektor-Sektor yang Masih Menarik di Tengah Ketidakpastian
Di tengah situasi yang penuh tantangan ini, investor disarankan untuk lebih selektif dalam memilih saham. Sektor-sektor defensif seperti kebutuhan pokok (consumer goods), telekomunikasi, dan energi terbarukan bisa menjadi pilihan yang lebih aman karena cenderung tahan terhadap fluktuasi ekonomi.
Di sisi lain, jika kondisi membaik, sektor seperti perbankan, properti, dan infrastruktur bisa kembali menjadi primadona, mengingat potensi pertumbuhannya yang besar dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Meskipun IHSG mengalami penurunan tajam dalam sepekan terakhir, peluang untuk pemulihan tetap ada. Investor perlu menjaga keseimbangan antara kehati-hatian dan kesiapan untuk memanfaatkan peluang yang muncul. Memantau perkembangan kebijakan global dan kondisi ekonomi domestik menjadi kunci untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi pasar dan menerapkan strategi yang sesuai, investor dapat mengelola risiko dengan lebih baik sambil tetap membuka peluang untuk meraih keuntungan di tengah ketidakpastian ini.

Intervest
Technology Enthusiast 👨💻, Stock Market Enthusiast 🚀
Intervest
Technology Enthusiast 👨💻, Stock Market Enthusiast 🚀