JAKARTA — Dinamika pasar saham migas di Indonesia, khususnya PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA), dan PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), tengah mengalami pergeseran strategis dari pemodal asing. Situasi ini terjadi seiring dengan ketegangan di Timur Tengah yang masih mempengaruhi harga minyak dunia, terutama minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) yang mendekati US$78 per barel pada Selasa (30/1/202). Meskipun respons militer AS terhadap serangan pesawat tanpa awak memberikan dorongan awal pada pasar, namun konflik di Timur Tengah hanya berdampak kecil pada pasokan minyak.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (31/1/2024), kontrak berjangka mengalami penurunan awal karena kekhawatiran terkait permintaan jangka panjang. Langkah Saudi Aramco untuk membatalkan rencana peningkatan kapasitas produksi minyak mentahnya menimbulkan pertanyaan tentang pandangan konsumsi masa depan. Meski begitu, harga minyak masih menunjukkan tren kenaikan bulanan, dan para pedagang tetap waspada terhadap serangan Houthi di Yaman terhadap kapal komersial di Laut Merah.
Di pasar saham dalam negeri, MEDC mengalami koreksi sebesar 2,01% ke level Rp1.220, sementara AKRA stagnan di posisi Rp1.635, dan ENRG mengalami apresiasi sebesar 0,98% ke level Rp206 pada Selasa (30/1/2024). Menurut data RTI Business, ketiga saham tersebut menjadi incaran pemodal asing pada awal 2024, dengan beli bersih masing-masing Rp26,23 miliar untuk AKRA, Rp62,89 miliar untuk MEDC, dan Rp287 juta untuk ENRG.
Data dari Bloomberg Terminal juga menunjukkan pergeseran strategis dari pemodal asing pada ketiga saham tersebut. Sebagai contoh, The Vanguard Group Inc. memangkas kepemilikannya di Medco sepanjang Januari 2024, sementara BlackRock Inc. justru melakukan akumulasi saham. Pada AKRA, Vanguard melepas sebagian kepemilikannya, sedangkan BlackRock meningkatkan akumulasinya. Sementara itu, ENRG menjadi incaran tiga pemodal besar global seperti BlackRock, American Century Cos, dan State Street Corp.
Melihat prospek sektor migas Indonesia, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy, memberikan rating overweight. Menurutnya, ada peluang pertumbuhan permintaan, terutama dari proyek-proyek hilirisasi di dalam negeri. Dengan pertumbuhan pesat pada industri hilirisasi logam, terutama tambang nikel dan alumina, perusahaan-perusahaan penyedia bahan kimia dapat memanfaatkan kesempatan ini secara berkelanjutan dalam jangka waktu panjang. Sebagai top pick, Mirae juga menyoroti ekspansi AKRA pada kawasan industri sebagai faktor pendorong pertumbuhan.
Deanra
-
Deanra
-
Most Popular
-
1
-
2
-
3
-
4