Pergerakan harga saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) terus berjuang di zona merah sepanjang tahun ini hingga akhir perdagangan Selasa, 20 Februari 2024. Saham BUKA terkoreksi sebesar 21,76% year-to-date (ytd) 2024, turun menjadi Rp169 per lembar, dengan penurunan 13,78% dalam sebulan terakhir.
Namun, pandangan para analis tetap optimis terhadap saham BUKA. Sebanyak 19 dari 20 sekuritas masih merekomendasikan pembelian saham ini hingga Rabu, 21 Februari 2024. Target harga consensus untuk 12 bulan ke depan masih cukup jauh, yaitu Rp275,25.
Analis dari Tim Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menyoroti potensi Bukalapak sebagai salah satu emiten teknologi yang menarik untuk dipantau berdasarkan kinerja keuangannya sepanjang tahun ini. Ia menekankan pada segmen specialty verticals dan segmen online to offline melalui program Mitra Bukalapak di luar tier 1 sebagai senjata utama BUKA untuk memperbaiki kinerja keuangannya pada 2024.
Di sisi lain, dua investor besar, yaitu The Vanguard Group Inc. dan BlackRock Inc., menunjukkan strategi yang berbeda pada Januari 2024. Vanguard mengurangi sebagian kepemilikan saham BUKA, sementara BlackRock terus menambah jumlah saham yang mereka pegang.
Meski demikian, pendapatan Bukalapak mencapai Rp3,3 triliun dengan rugi bersih sebesar Rp776 miliar hingga kuartal III/2023. Teddy Oetomo, Presiden Bukalapak, tetap optimis bahwa bisnis marketplace dan operasional online to offline (O2O) terus memberikan hasil yang baik di semua platform, dengan fokus untuk mencapai profitabilitas di kuartal-kuartal selanjutnya.
Dengan strategi yang terfokus pada pertumbuhan menuju profitabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan, Bukalapak tetap berkomitmen untuk mencapai target keuntungan pada akhir 2023. Meski tantangan tetap ada, seperti meningkatnya rasio beban umum dan administrasi, Bukalapak optimis bahwa momentum pertumbuhan mereka akan terus berlanjut di masa mendatang.
Deanra
-
Deanra
-
Most Popular
-
1
-
2
-
3
-
4