Jakarta, Rabu (7/2/2024) - Mata uang rupiah diperkirakan akan mengalami fluktuasi namun cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan hari ini. Pasar kini tengah mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed.
Pada perdagangan Selasa kemarin, rupiah ditutup melemah sebesar 0,14%, atau 22 poin, mencapai level Rp15.730 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang AS terpantau melemah sebesar 0,12%, mencapai posisi 104,33.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Namun, rupiah dan indeks mata uang AS diprediksi akan mengalami fluktuasi berdasarkan spekulasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyoroti pertumbuhan sektor jasa AS yang meningkat menurut catatan Institute for Supply Management (ISM) pada Januari 2024. Hal ini menunjukkan momentum pertumbuhan ekonomi dari kuartal IV/2023 yang berlanjut ke tahun 2024.
Menurut Assuaibi, pasar mulai memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Hal ini dipicu oleh data ketenagakerjaan AS yang dirilis pada Jumat sebelumnya, yang menunjukkan penambahan pekerjaan yang jauh melebihi ekspektasi.
Dari sentimen dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2023 sebesar 5,05% year-on-year (yoy). Meski demikian, pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah diprediksi akan berfluktuasi namun cenderung melemah dengan rentang antara Rp15.710 hingga Rp15.770 per dolar AS, demikian pungkas Ibrahim.
Di tengah perkembangan tersebut, pada pukul 15.50 WIB, rupiah tercatat menguat 0,33% menjadi Rp15.677,50 per dolar AS, sementara Indeks dolar AS melamah 0,06% ke level 104,15. Pukul 10.28 WIB, rupiah juga mengalami kenaikan sebesar 0,32% menjadi Rp15.680 per dolar AS, sementara Indeks dolar AS terkoreksi 0,14% ke level 104,06.
Deanra
-
Deanra
-
Most Popular
-
1
-
2
-
3
-
4