Loading... Please wait...
Logo Icon

INTERVEST

A Comportable Place for You

Hati-hati penipuan : Kami (intervest.io) tidak menyediakan layanan penitipan dana atau deposit yang menjanjikan keuntungan.
Logo Icon
INTERVEST
-- ticker loading --
Insight

Persaingan Memanas di Industri Nikel: Emiten Gencar Tingkatkan Produksi Meski Harga Turun

Persaingan ketat di industri nikel Indonesia: Produsen meningkatkan produksi untuk atasi penurunan harga dan capai target penjualan.

Author's avatar Deanra
by Deanra Jan 31, 2024 11:49:15
Persaingan Memanas di Industri Nikel: Emiten Gencar Tingkatkan Produksi Meski Harga Turun Image's

JAKARTA - Persaingan ketat di industri nikel terus memanas, dengan para emiten berlomba-lomba meningkatkan produksi nikel mereka, meskipun harga nikel mengalami penurunan. Langkah-langkah ini diambil untuk mengejar target penjualan, meski dengan penyesuaian harga jual rata-rata yang lebih rendah.

Analis Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menjelaskan bahwa peningkatan produksi nikel dianggap sebagai langkah normal dalam menghadapi penurunan harga. Menurutnya, para pemain tambang nikel tidak memiliki opsi lain dan berusaha mengatasi situasi dengan meningkatkan produksi. Meskipun peningkatan produksi diharapkan dapat menguntungkan, terutama dengan harga masih berada di kisaran US$15.000-US$16.000 per ton, margin keuntungan tetap menjadi perhatian.

Felix juga menyoroti bahwa emiten nikel cenderung tidak terlalu memperhatikan penurunan permintaan di pasar global, karena mereka tidak dapat mengendalikan harga seperti yang dilakukan OPEC terhadap harga minyak. Dalam konteks ini, pengendalian produksi menjadi fokus utama para pemain nikel.

Meski peningkatan produksi diharapkan membawa keuntungan, perlu dicatat bahwa hal ini juga dapat meningkatkan beban produksi. Namun, Felix berpendapat bahwa harga produksi nikel masih lebih rendah dibandingkan dengan bahan baku seperti batu bara dan minyak mentah.

Menurut proyeksi analis UOB KayHian Sekuritas, Limartha Adhiputra, harga nikel diperkirakan akan tetap berada dalam kisaran US$16.000 per ton sepanjang tahun 2024. Prediksi ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan antisipasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

Limartha juga mencermati melemahnya permintaan nikel dari China, yang saat ini lebih fokus pada pemulihan ekonomi internal terutama dalam mengatasi masalah sektor properti. Akan tetapi, ketidakpastian dalam pemulihan ekonomi China turut berdampak pada prediksi harga nikel, yang awalnya diharapkan mencapai US$20.000 per ton.

Di tengah kondisi pasar yang menantang, sejumlah emiten nikel seperti PT Harum Energy Tbk. (HRUM) dan PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk. (SMGA) terlihat gencar memacu produksi mereka. HRUM baru-baru ini melaporkan aksi akuisisi tambang nikel, sementara SMGA berencana mengakuisisi tambang baru di Morowali. Proyek-proyek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan pada laporan keuangan masing-masing emiten.

Demikianlah gambaran perkembangan industri nikel di Indonesia, di mana upaya meningkatkan produksi menjadi strategi utama para pemain dalam menghadapi tantangan harga yang menurun.

Share to :
18
Author Image of Deanra

Deanra

-

Artikel Lainnya

©2024 Intervest.io