JAKARTA — Tren penurunan saham Astra International Tbk. (ASII) terus menjadi sorotan, meskipun mayoritas analis masih mempertahankan rekomendasi beli. Data Bloomberg pada Kamis (25/1/2024) menunjukkan bahwa 23 dari 32 analis memberikan rekomendasi beli untuk ASII, sementara sisanya memberikan peringkat jual. Target harga saham ASII dalam 12 bulan ke depan, menurut konsensus analis, mencapai Rp6.761,79, menunjukkan potensi kenaikan sebesar 33,9% dari posisi Rp5.050 pada akhir perdagangan Kamis.
Namun, sejumlah sekuritas seperti Macquarie, JP Morgan, CLSA, dan Sucor Sekuritas telah merevisi rekomendasi saham ASII. Alasan di balik revisi tersebut sebagian besar terkait dengan risiko persaingan ketat dari pabrikan mobil Korea Selatan dan China. Terlebih lagi, berita terkait skandal Daihatsu, kehadiran pabrikan mobil China BYD di Indonesia, dan wacana kenaikan pajak kendaraan roda dua atau motor bahan bakar minyak (BBM) semakin menambah sentimen negatif terhadap pergerakan saham ASII.
Analis PT Sucor Sekuritas Christofer Kojongian menyatakan bahwa revisi turun rekomendasi dilakukan karena melihat risiko persaingan yang meningkat. Meskipun demikian, masih ada penopang prospek laju saham ASII. Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy menyebutkan bahwa pasar penjualan sepeda motor ASII tetap kokoh, terutama pada momentum Pemilu 2024 di mana mobilitas masyarakat diperkirakan akan meningkat. Sektor sepeda motor ini juga terkait erat dengan sektor jasa keuangan Astra, yang dapat menjadi penopang di tengah penurunan penjualan mobil.
Meskipun ASII menghadapi tantangan, valuasi sahamnya saat ini berada di titik terendah sejak Maret 2020, sehingga beberapa analis berpendapat bahwa harga ASII saat ini masih pantas untuk akumulasi beli. Dalam menghadapi dinamika pasar yang kompleks, perlu perhatian ekstra dalam mengelola portofolio investasi.
Deanra
-
Deanra
-
Most Popular
-
1
-
2
-
3
-
4