Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) mengalami kebangkitan signifikan, mendekati level 3.000 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada perdagangan Senin, 26 Agustus 2024, harga saham TLKM ditutup di level 2.980, naik 1,02%. Kenaikan ini membuat sejumlah analis merekomendasikan beli saham ini, mengingat potensi kenaikan harga yang masih cukup besar.
Fundamental Kuat dan Potensi Pertumbuhan
Saham TLKM termasuk dalam kategori blue chip, yang dikenal dengan fundamental kuat dan kapitalisasi pasar besar. Saham blue chip sering menjadi anggota indeks mayor seperti LQ45. BRI Danareksa Sekuritas, salah satu analis pasar terkemuka, tetap merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp 4.250 per saham.
Menurut Niko Margaronis, Equity Research BRI Danareksa Sekuritas, saham Telkom saat ini diperdagangkan pada level menarik dengan EV/EBITDA 4 kali. "Pertumbuhan pendapatan TLKM dari segmen enterprise dan Wholesale & International Business (WIB), serta kekuatan Telkomsel dengan strategi FMC, menjadikan saham ini layak untuk dibeli," ujarnya.
Katalis Positif di Semester II-2024
Niko memproyeksikan pendapatan TLKM bisa tumbuh sekitar 2,7% YoY, meskipun ada tantangan dari melemahnya pendapatan konsumen. Kinerja emiten telekomunikasi, termasuk Telkom, diperkirakan akan mendapatkan katalis positif dari momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), yang biasanya mendorong peningkatan trafik dan konsumsi data.
Tantangan Keuangan dan Upaya Efisiensi
Namun, laporan keuangan per 30 Juni 2024 menunjukkan penurunan laba TLKM sebesar 7,80% YoY menjadi Rp 11,76 triliun, meski pendapatan masih tumbuh 2,47% YoY menjadi Rp 75,29 triliun. Penurunan laba ini disebabkan oleh meningkatnya beban operasional, pemeliharaan, serta jasa telekomunikasi, yang naik menjadi Rp 19,46 triliun.
Beban penyusutan dan amortisasi juga meningkat 1,13% YoY menjadi Rp 16,12 triliun, dan beban karyawan naik menjadi Rp 9,48 triliun. Selain itu, Telkom menanggung kerugian belum terealisasi dari investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebesar Rp 857 miliar, yang berdampak pada unrealized loss perusahaan.
Meski demikian, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, Heri Supriadi, menegaskan bahwa tanpa memperhitungkan unrealized loss tersebut, laba bersih Telkom sebenarnya mengalami kenaikan 4,2% YoY. Heri juga menyebutkan bahwa Telkom akan melakukan efisiensi biaya dan memastikan program pensiun dini karyawan tidak akan berlanjut di paruh kedua tahun ini.
Fokus pada Transformasi Bisnis
Untuk mendorong pertumbuhan kinerja, TLKM fokus mempercepat transformasi bisnis pada segmen Business to Customer (B2C) dan Business to Business (B2B). Telkomsel, sebagai bagian dari Grup Telkom, menjalankan strategi FMC untuk mempercepat efisiensi operasional dan memaksimalkan sinergi dengan Grup Telkom.
Selain itu, Grup Telkom melalui PT Telkom Data Ekosistem (TDE) atau NeutraDC, terus mengembangkan platform Data Center & Cloud, dengan rencana penambahan kapasitas Data Center sebesar 18 MegaWatt (MW) untuk Hyperscale Data Center Cikarang, serta ekspansi Enterprise Data Center dan Edge Data Center.
"Peningkatan kapasitas data center ini untuk mengantisipasi permintaan Cloud Storage dan pengolahan data yang terus meningkat, terutama dengan berkembangnya kebutuhan Artificial Intelligence (AI)," pungkas Heri.
Dengan berbagai strategi ini, TLKM diharapkan mampu terus tumbuh dan memberikan keuntungan bagi para pemegang saham.
Intervest
Technology Enthusiast 👨💻, Stock Market Enthusiast 🚀
Intervest
Technology Enthusiast 👨💻, Stock Market Enthusiast 🚀
Most Popular
-
1
-
2
-
3
-
4