Loading... Please wait...
Logo Icon

INTERVEST

A Comportable Place for You

Hati-hati penipuan : Kami (intervest.io) tidak menyediakan layanan penitipan dana atau deposit yang menjanjikan keuntungan.
Logo Icon
INTERVEST
-- ticker loading --
Insight

IHSG Naik Tipis, Saham Big Cap Tertekan: Peluang di Saham Lapis Kedua

IHSG menguat tipis 0,05% meski tertekan oleh saham big cap. Simak peluang menarik di saham lapis kedua yang jadi alternatif investasi.

Author's avatar Intervest
by Intervest Sep 27, 2024 09:22:23
IHSG Naik Tipis, Saham Big Cap Tertekan: Peluang di Saham Lapis Kedua Image's

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan pada Kamis, 26 September 2024, dengan kenaikan tipis sebesar 0,05%, berada di level 7.744,51. Meskipun tetap di zona hijau, pergerakan IHSG mulai melambat akibat tekanan dari sejumlah saham-saham berkapitalisasi besar atau saham big cap. Saham-saham ini menjadi pemberat indeks, meskipun pasar secara keseluruhan masih menunjukkan tren bullish.

Tekanan paling signifikan datang dari saham-saham lapis pertama seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Saham-saham ini mencatatkan penurunan yang signifikan, sehingga memberikan dampak negatif terhadap IHSG.

Selain itu, indeks-indeks yang banyak terdiri dari saham big cap, seperti LQ45 dan IDX30, juga mengalami pelemahan, masing-masing turun 0,68% dan 0,55% secara harian. Indeks papan utama (main board) terlihat stagnan tanpa perubahan yang berarti.

Arus Dana Keluar dan Sentimen China

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi melambatnya IHSG adalah arus keluar dana dari investor asing (capital outflow). Stimulus ekonomi yang diberikan oleh pemerintah China menarik perhatian investor global, membuat mereka memindahkan sebagian dana investasinya ke pasar keuangan China, yang saat ini dianggap lebih menarik.

Abdul Haq Alfaruqy, analis dari Stocknow.id, menjelaskan bahwa meskipun IHSG masih menunjukkan tren bullish, saham bluechip di sektor perbankan dan beberapa sektor lainnya mulai mengalami pelemahan. "Pasar keuangan China menjadi pusat perhatian investor besar saat ini, dan ini menimbulkan arus keluar dana dari Indonesia," ujarnya.

Hal ini terlihat dari posisi net sell yang cukup signifikan pada perdagangan hari tersebut, mencapai Rp 2,53 triliun di pasar reguler atau akumulasi Rp 2,27 triliun di seluruh pasar. Saham-saham lapis pertama yang mendominasi kapitalisasi pasar menjadi yang paling rentan terkena dampak capital outflow.

Peluang di Saham Lapis Kedua

Meski saham-saham big cap tertekan, saham lapis kedua mulai mendapat perhatian dari investor. William Hartanto, pengamat pasar modal sekaligus Founder WH-Project, menyatakan bahwa selama IHSG masih bertahan di atas level psikologis 7.700, perlambatan ini masih tergolong wajar. Ia juga menggarisbawahi bahwa tekanan indeks memang lebih banyak disebabkan oleh net sell dari investor asing, terutama dipicu oleh sentimen ekonomi China.

Menurut William, saham-saham lapis kedua saat ini memiliki peluang yang baik untuk menjadi alternatif investasi di tengah tekanan pada saham-saham lapis pertama. Senada dengan William, Oktavianus Audi, Head of Customer Literation and Education dari Kiwoom Sekuritas, juga melihat potensi rotasi dana ke saham-saham lapis kedua dalam situasi pasar yang penuh tantangan ini.

Sektor-Sektor Berpotensi

Oktavianus menambahkan, meskipun sentimen stimulus ekonomi dari China bisa menekan beberapa sektor, beberapa sektor lain justru bisa mendapatkan keuntungan. Sektor energi dan barang baku diprediksi akan tumbuh positif karena kenaikan permintaan dan harga komoditas dari China. Selain itu, dengan mendekatnya rilis laporan keuangan kuartal III-2024, sektor-sektor ini bisa memberikan kejutan positif pada harga sahamnya.

Sektor kesehatan dan industri kelapa sawit juga menjadi perhatian. Fath Aliansyah, Senior Research Analyst dari Lotus Andalan Sekuritas, menyarankan beberapa saham dari sektor ini seperti PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), yang bisa diandalkan untuk portofolio jangka panjang.

Rekomendasi Saham

Menghadapi situasi pasar saat ini, beberapa analis memberikan rekomendasi untuk saham-saham lapis kedua yang dinilai masih memiliki potensi untuk tumbuh. William Hartanto merekomendasikan saham-saham dari sektor properti dan ritel, seperti PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).

Selain itu, Abdul Haq merekomendasikan saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dengan target harga Rp 1.380 - Rp 1.450 per saham. Sementara itu, Oktavianus Audi menyarankan saham PT Timah Tbk (TINS) dengan target harga Rp 1.280, sebagai salah satu saham lapis kedua yang layak diperhatikan.

Kesimpulan

Meskipun IHSG masih berada dalam tren bullish, pergerakannya melambat akibat tekanan pada saham-saham lapis pertama dan arus keluar dana asing yang cukup besar. Di tengah kondisi tersebut, saham-saham lapis kedua mulai mendapatkan momentum sebagai alternatif investasi yang menjanjikan. Investor diimbau untuk tetap selektif dalam memilih saham dan memanfaatkan peluang di sektor-sektor yang diprediksi akan tumbuh, seperti energi, barang baku, kesehatan, dan kelapa sawit.

Share to :
18
Author Image of Intervest

Intervest

Technology Enthusiast 👨‍💻, Stock Market Enthusiast 🚀

Artikel Lainnya

©2024 Intervest.io