Loading... Please wait...
Logo Icon

INTERVEST

A Comportable Place for You

Hati-hati penipuan : Kami (intervest.io) tidak menyediakan layanan penitipan dana atau deposit yang menjanjikan keuntungan.
Logo Icon
INTERVEST
-- ticker loading --
Insight

Saham Bank Melemah, Bos BCA Ungkap Dampak Trump dan Keyakinan Pemulihan

Saham bank besar jatuh, Jahja Setiaatmadja ungkap dampak kebijakan Trump dan optimisme jangka panjang.

Author's avatar Intervest
by Intervest Apr 25, 2025 14:50:35
Saham Bank Melemah, Bos BCA Ungkap Dampak Trump dan Keyakinan Pemulihan Image's

Jakarta – Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, akhirnya angkat bicara mengenai tren pelemahan saham sektor perbankan, termasuk saham BBCA, yang sempat tergelincir cukup dalam awal April 2025 lalu.

Berdasarkan data RTI per tanggal 8 April 2025, saham beberapa bank besar mengalami tekanan signifikan. Saham BBCA tercatat turun 8,53% ke posisi Rp 7.775 per saham. Penurunan serupa juga dialami oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang melemah 10,12% ke level Rp 3.640. Sementara itu, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terkoreksi 4,95% ke Rp 4.030, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga turun hingga 10,19% ke Rp 4.670 per saham.

Menurut Jahja, penyebab utama pelemahan saham sektor perbankan ini tidak semata berasal dari faktor domestik. Ia menyoroti adanya dampak eksternal, khususnya dari kebijakan proteksionis yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

“Bukan hanya BCA, bank-bank lain juga ikut terkoreksi. Kita tahu, saat libur panjang Lebaran lalu, ada pengumuman dari Mr. Trump mengenai kenaikan tarif impor kepada negara-negara dengan neraca perdagangan yang dianggap merugikan AS, termasuk Indonesia yang dikenakan bea masuk hingga 32%,” ujar Jahja saat konferensi pers kinerja BCA pada Rabu, 23 April 2025.

Kebijakan Trump ini memicu kepanikan di pasar, termasuk di kalangan investor saham. Menurut Jahja, ketidakpastian global menjadi faktor utama investor melakukan aksi jual.

“Ini soal naluri investor. Begitu muncul berita yang belum jelas, belum ada mitigasinya, respons pertamanya adalah jual dulu. Mentalitas ini memang sudah terbentuk di pasar,” jelasnya.

Meski begitu, Jahja menyampaikan optimismenya terhadap masa depan saham-saham perbankan nasional. Ia menegaskan bahwa fundamental perbankan Indonesia, termasuk BCA, masih sangat solid.

“Pasar ini memang dinamis. Tapi saham yang punya fundamental bagus, akan bangkit kembali setelah melalui fase koreksi. Ini hanya soal waktu dan momentum,” tambahnya.

Ia juga mengingatkan agar investor tidak terburu-buru mengambil keputusan hanya karena sentimen sesaat, karena dalam jangka panjang, saham-saham bank yang sehat tetap menawarkan potensi pertumbuhan yang menjanjikan.

Langkah antisipatif juga telah disiapkan oleh BCA untuk menghadapi ketidakpastian global. Perusahaan akan fokus pada efisiensi internal, digitalisasi layanan, dan memperkuat manajemen risiko guna menjaga kinerja tetap stabil.

Sementara itu, pasar saham Indonesia secara umum juga mengalami tekanan dalam beberapa pekan terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis, 24 April 2025, tercatat melemah 0,32% ke level 6.613, dengan saham-saham seperti ARTO, BBCA, dan MEDC menjadi top losers di indeks LQ45.

Dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian, kehati-hatian dan analisis fundamental menjadi kunci bagi investor untuk mengambil keputusan investasi yang lebih bijak di tengah gejolak pasar.

Share to :
7
Author Image of Intervest

Intervest

Technology Enthusiast 👨‍💻, Stock Market Enthusiast 🚀

Artikel Lainnya

©2025 Intervest.io